Oleh: Rifyal Luthfi MR
Bersahaja adalah kesederhanaan yang berarti hidup sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Sederhana juga berarti kuat menahan diri, meskipun dalam keadaaan berkecukupan,sehingga ada ungkapan:”Sederhana bukan berarti miskin.” Sederhananya orang kaya adalah tidak berfoya-foya, sedangkan sederhananya orang miskin adalah tidak putus asa atau suka mengeluh
Tetapi dalam keadaan tidak berkecukupan, sederhana biasa jadi karena terpaksa. Sehingga muncul, guyonan, “sederhana bukan berarti miskin” tetapi”sederhana memang karena miskin”.
Sederhana sejatinya melawan hawa nafsu untuk berfoya-foya, berhura-hura, bermegah-megahan, dan memperlihatkan kemewahan. Sedangkan kemewahan adalah hal-hal yang melampaui batas, dan ini berarti melanggar sunnatullah, dan menyalahi kodrat. Segala hal yang melampaui batas pasti akan membahayakan, baik bagi kita maupun orang lain yang ada disekitar kita. Hidup mewah cenderung tidak ada batasnya. Inilah yang membahayakan dan hidup mewah akan membuat orang tidak siap menghadapi keadaan yang berubah.
Agama Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa hidup sederhana dalam semua tindakan, sikap dan amal. Islam adalah agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi. Kesederhanaan juga adalah sebuah ciri yang umum bagi Islam dan salah satu perwatakan utama yang membedakan dari umat yang lain.
Firman Allah swt:“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”.( Al Furqaan: 67)
Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan oleh Rasulullah Saw. budaya sederhana dan sentiasa mendaulatkan prinsip keadilan serta kemanusiaan inilah yang membentuk generasi Islam yang begitu mantap dan berkualitas. Generasi yang dididik oleh Nabi Muhammad Saw. dengan ciri kesederhanaan dan penghayatan memahami Islam yang sejati berlandaskan cahaya alquran itulah yang akhirnya berhasil mengangkat panji-panji Islam ke seluruh dunia.
Rasulullah Saw. dan Nabi-nabi yang lain menyukai hidup sederhana dan wajar. Beliau menikmati ketenangan hidup secara sederhana bukan berlebih-lebihan dan berfoya-foya. Beliau hidup sederhana di segala urusannya sehari-hari baik itu dari segi makanan, berpakaian dan juga apa yang ada padanya. Beliau mencontohkan hidup yang baik pada umatnya dan bahkan penasehat mereka untuk hidup sederhana dan menahan diri dari hidup yang berfoya-foya.
Meskipun Rasulullah mempunyai sumber kekayaan yang banyak, beliau tetap hidup secara sederhana, yaitu berdasarkan keperluan-keperluan yang sederhana saja. Ini adalah suatu keteladanan yang sangat berharga untuk dicontoh dan diikuti. Bahkan keempat khalifah setelah beliau tetap mempertahankan hidup yang sederhana.
Firman Allah swt: Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu,” (QS al-Hadid:20)
Sejatinya orang yang tertipu adalah orang yang mata hatinya belum terbuka dengan baik pada dirinya sendiri. Ia akan tetap buta dan menjadikan hawa nafsunya sebagai pemimpin dan syetan sebagai penunjuk jalan, sehingga dalam kehidupannya banyak digunakan dengan hal-hal yang mubadzir dan pemborosan.
Ingatlah, bahwa sesungguhnya letak kunci kebahagiaan itu ialah dalam kesederhanaan, berjaga-jaga, berhati-hati serta berfikiran yang cerdik, sedang sumber dari kecelakaan dan kesengsaraan itu terletak dalam kesenangan yang menipu dan kelalaian dalam kehidupan yang penuh dengan permainan yang melupakan hakikat kemanfaatan.
“ Jangan belajar menghabiskan sesuatu, tetapi belajarlah mencari dan menghematnya”
(KH. Imam Zarkasy)
Hasbunallah wani`mal wakil