Oleh: Tawati (Muslimah Revowriter Majalengka dan Member WCWH)
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Jika kesehatan terganggu, maka akan terganggu pula segala aktivitas. Di masa pandemi ini, kita bisa mengambil pelajaran yang teramat berharga tentang betapa pentingnya kesehatan. Bahwa ternyata, masalah kesehatan bisa berdampak serius dan berpengaruh pada semua sektor.
Sebagai pihak yang paling bertanggungjawab untuk memberikan layanan kesehatan bagi rakyat, pemprov Jabar akan membangun sebanyak 25 rumah sakit baru di sejumlah kota dan kabupaten. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Jawa Barat, terutama bagi warga yang selama ini kesulitan mengakses pelayanan kesehatan karena keterbatasan jumlah rumah sakit di Jawa Barat.
Dikutip tribunjabar.id (30/11/2020), Rencana pembangunan 25 rumah sakit sudah diumumkan di West Java Investment Summit. Untuk dana infrastruktur rumah sakit diperoleh sebanyak Rp 14 triliun dari pihak ketiga melalui KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha). Apakah benar pembangunan 25 rumah sakit tersebut mampu meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarakat? Terlebih, dengan adanya investasi asing dalam pembangunannya?
Selama ini, sudah jamak diketahui bahwa layanan kesehatan di Indonesia tidaklah murah. Seolah orang miskin dilarang sakit. Sebab hanya orang kaya saja yang mampu membayar berbagai fasilitas layanan kesehatan. Meski ada program jaminan sosial dalam kesehatan, namun program tersebut nyatanya belum mampu menyentuh semua lapisan. Bahkan, justru keberadaan program tersebut malah kian menambah beban masyarakat.
Maka sebetulnya, problem layanan kesehatan hari ini bukan sekadar terbatasnya jumlah rumah sakit. Namun biaya kesehatan yang mahal juga jadi problem yang tak boleh luput dari perhatian pemerintah. Menambah jumlah rumah sakit, apalagi dengan mengandalkan dana investasi dalam pembangunannya, tidak akan menjamin adanya peningkatan layanan kesehatan. Sebab para investor tersebut mustahil tidak mengambil untung. Namanya berinvestasi, tujuannya ingin mengambil untung. Imbasnya, bukan tidak mungkin jika biaya kesehatan akan semakin mahal.
Inilah gambaran layanan kesehatan jika diselesaikan dengan paradigma kapitalis. Dimana semua hal dinilai dengan untung dan rugi. Bahkan untuk mengurusi hal paling penting seperti masalah kesehatan pun, masih berpikiran tentang keuntungan. Berbeda halnya tatkala sistem Islam diterapkan. Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, memiliki seperangkat aturan yang akan mampu memberikan jaminan layanan kesehatan berkualitas bagi seluruh rakyat. Sebab dalam Islam, kesehatan merupakan kebutuhan pokok/dasar.
Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah Saw., yang artinya, “Siapa saja yang ketika memasuki pagi hari mendapati keadaan aman kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah – olah dunia telah menjadi miliknya.” (HR Bukhari).
Pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab penuh dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan setiap individu masyarakat. Semuanya diberikan secara cuma-cuma dengan kualitas terbaik bagi setiap individu masyarakat, tidak hanya bagi yang miskin tapi juga yang kaya.
Rasulullah Saw. bersabda, ”Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al-Bukhari).
Pemberian layanan kesehatan seperti itu tentu membutuhkan dana besar. Namun semua itu bisa dipenuhi dari sumber-sumber pemasukan negara yang telah ditentukan oleh syariah. Dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, semua pembiayaan kesehatan bisa diambil dari hasil pengelolaan harta kekayaan umum termasuk hutan, berbagai macam tambang, minyak dan gas, dan sebagainya. Juga dari sumber-sumber kharaj, jizyah, ghanimah, fa’i, usyur, pengelolaan harta milik negara dan sebagainya.
Semua itu akan lebih dari cukup untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan secara memadai dan gratis untuk seluruh rakyat. Termasuk membangun rumah sakit, tidak perlu bingung mencari dana. Apalagi kalau harus dengan berutang atau mendatangkan investasi. Maka, mari kembalikan segala permasalahan pada aturan Islam. Agar didapatkan solusi yang mampu memberikan keadilan bagi semua. Bahkan lebih dari itu, keberkahan pun akan kita rasakan, baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahu a’lam bishshawab.
Biodata Penulis
Nama: Tawati
Alamat: Majalengka
TTL: Majalengka, 20 September 1988
Aktivitas: Anggota Kepenulisan Revowriter dan Member Writing Class With Hass (WCWH)
Telp/WA: 083805180158
Email: tawati7899@gmail.com