Home / Opini / Ingin Bahagia? Persiapkan Petualanganmu!
IMG-20180722-WA0011

Ingin Bahagia? Persiapkan Petualanganmu!

Oleh: Rifyal Luthfi MR.

Tentunya setiap manusia sudah pasti menginginkan sebuah kebahagiaan dalam kehidupannya. Bagi orang yang tidak memiliki harta, maka kebahagiaan adalah ketika ia mendapatkan harta. Bagi pelajar atau mahasiswa, maka kebahagiaan itu ketika dikelilingi Guru/Dosen yang baik, teman yang solid dan mendapat nilai yang memuaskan. Bagi Guru atau Dosen salah satu kebahagiaan adalah ketika mendapatkan gaji atau tunjangan sertifikasi setiap bulannya. Bagi pegawai atau pekerja, maka kebahagiaan itu adalah jika mendapatkan upahnya yang sesuai dengan kebutuhannya. Bagi orang yang sedang sakit, maka kebahagiaanya adalah ketika Allah ta`ala menyembuhkan dari penyakitnya. Bagi yang sedang mencari pasangan hidup, maka kebahagiaan adalah ketika mendapatkan jodoh yang dicintainya. Begitupun bagi wartawan, adalah sebuah kebahagiaan ketika mendapatkan bahan berita, kemudian dimuat serta banyak dibaca oleh para pecinta berita sehingga mendapatkan rangking yang top dan memuaskan.

Maka muncul pertanyaan, bagaimanakah kebahagiaan yang sebenarnya? Allah Swt. telah menjelaskan tentang kebahagiaan yang hakiki, dalam firman-Nya, “Setiap-tiap yang jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ’Imran : 185).

Dari ayat tersebut jelas bahwa kelak di surgalah tempat kebahagiaan yang sebenarnya. Karena kehidupan dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat, maka tidak ada apa-apanya yang mana kehidupan di dunia ini hanyalah sebagai tempat bersanda gurau, panggung sandiwara, permainan, serta kesenangan hidup yang memperdayakan. Namun bagi orang yang beriman, kehidupan dunia ini mesti dijadikan sebagai sebuah sarana bercocok tanam untuk bekal nanti di akhirat. Salah satu bercocok tanam adalah dengan berbekal menjalankan segala aktivitas keseharian kita secara lillah baik bersama keluarga disekitar kita, teman bermain, belajar, bercanda, makan, minum, atau bahkan melakukan perjalanan yang mengandung uji adrenalin yang di zaman now disebut dengan “my live my adventure.”

My live my adventure istilah dalam bahasa Inggris yang artinya perjalananku petualanganku, ini berarti bahwa kita dalam menjalani kehidupan di dunia hakikatnya memang sedang melakukan petualangan yang tentunya ada tujuan yang hendak dicapai. Dalam pembahasan petualangan ini, sangat sesuai dengan sabda Rasulullah sallallahu `alaihi wassalam yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Tirmidzi dengan sanad shohih bahwa Ibnu mas`ud berkata, “Aku memasuki rumah Rasulullah dan beliau usai tidur di atas tikar hingga kelihatan ada bekas pada punggungnya.” Aku berkata kepadanya, “Ya Rasulullah, bagaimana kalau kami taruh di atas tikar itu alas lagi, agar engkau terpelihara dari bekas itu”. Rasulullah menjawab, “Apa peduliku dengan dunia, ia bagiku bagaikan pengendara yang sedang berteduh di bawah pohon kemudian pergi meninggalkannya”.

BACA JUGA   Bahagia Buka Bersama (B3)

Dari hadits tersebut, Rasulullah menggambarkan bahwa dunia dan manusia sebagaimana pengembara yang berteduh di bawah pohon dalam perjalanannya. Ada yang berteduh 30 menit, hanya mengeringkan keringatnya atau melepas rasa lelahnya, ada yang satu jam atau bahkan setengah hari, untuk kemudian meninggalkan pohon itu (pulang ke akhirat) untuk melanjutkan perjalanannya (ke akhirat).

Tentunya hal tersebut jika dianalisa secara logika sangat singkat dan cepat, dan tentang waktu yang berlalu bagai sekejap ini, Allah berfirman: “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka seakan-akan tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu sore atau pagi” (Qs. An-Nazi`at:46).

Inilah salah satu misteri waktu. Pada waktu-waktu tertentu kita merasakannya seolah berjalan lambat. Kali yang lain terasa cepat. Namun ketika kita sudah berada disebuah titik akhir, diusia tua misalnya, kadang muncul ucapan, “kok tiba-tiba aku sudah setua ini ya…tak terasa.” Benar sesungguhnyalah waktu memang berlalu cepat.

Sebagaimana yang ditulis oleh Dr. Yusuf Qardhawi : “Tahun demi tahun berlalu dengan capat. Sepertinya ia begitu cepat terbang. Hari-hari pun datang dengan kesusahan. Seolah-olah ia begitu lambat tuk menghilang. Akhirnya masa-masa pun akan berkesesudahan. Seakan-akan mimpi diwaktu siang.”Perjalanan yang kita tempuh di dunia ternyata sangat singkat, namun setelah semua ini berakhir, selanjutnya petualangan yang sangat panjang sudah menunggu kita kelak dalam perjalanan petualangan di alam akhirat.

Tentunya banyak yang harus dipersiapkan oleh kita untuk menghadapi adventure atau petualangan berikutnya. Dalam mempersiapkan perjalanan berikutnya, Jadikanlah kehidupan di dunia ini sebagai sebuah ajang latihan untuk petualangan nanti di alam akhirat, berbekal kesabaran dalam menjalankan segala amal ibadah kita kepada Allah ta`ala dan berbekal kesyukuran disetiap nafas kehidupan kita serta menebarkan kebaikan kepada seluruh makhluk dialam semesta ini.

Karena kehidupan di dunia ini hanyalah permainan, maka jika demikian keadaanya bermainlah dengan menjadi pemeran terbaik yang bisa memberikan manfaat di dalamnya. Jangan hanya menjadi penonton yang setia tanpa kata dan amal nyata. Nikmati, syukuri dan yakinkan dalam hati bahwa semua ini hanyalah bagaikan sebuah mimpi dan berharap akan menghantarkan kebahagiaan yang hakiki.

Hasbunallah Wani`mal wakil

About admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *