Kota Tasikmalaya, Tasikzone.com – Walikota Tasikmalaya, Drs. H. Muhamad Yusuf menghadiri acara Buka Bersama (Bukber) yang diinisiasi oleh Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Tasikmalaya, di Sekretariat FPK Jl. Lingkar Dadaha Kota Kota Tasikmalaya, Selasa (19/4/2022).
Yusuf bersama pengurus FPK yang terdiri dari 18 etnis di Kota Tasikmalaya itu berdialog santai selepas buka puasa bersama. Yusuf mengenang sewaktu masa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Ambon dan dilanjutkan ke Yogyakarta. Yusuf bersyukur pernah merasakan hidup di perantauan.
Pasalnya, selama di perantauan Yusuf bisa mengenal dengan orang dari berbagai daerah dan berbagai etnis.
“Pengalaman saya selama sekolah di Ambon dan Yogyakarta selalu rukun, aman sampai kembali lagi ke Tasik”katanya.
Selama di tasik, Yusuf jadi ASN selama kurang lebih 30 tahunan. Setelah itu dia didorong maju dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya.
“Rencana setelah pensiun saya akan pindah ke Yogya, tapi sejumlah pihak termasuk Pak Uu yang sekarang jadi Wagub nyuruh saya nyalon Walikota. Pertama saya daftar di PDI-P dan saya dapat rekomendasinya berpasangan dengan Pak Budi disuruh ke Jakarta”tuturnya.
Cerita berubah, Yusuf menuturkan, di tengah perjalanan Ketua DPD Golkar Jawa Barat, H. Dedi Mulyadi menghubunginya untuk hadir di Rapat Pleno Partai Golkar.
“Tapi sewaktu saya mudik sama isteri ke Yogya, Pak Dedi Mulyadi telepon, saya harus ke Jakarta hadir di Rapat Pleno. Tapi saya belum dapat tiket pesawat, semaleman saya gak tidur cari tiket tidak ada. Kemudian ada orang ujug-ujug datang nawarin saya tiket pesawat batik air. Saya pun bingung bapak itu siapa”paparnya.
“Terus terang saja saya tidak daftar di Golkar, ternyata Pak Dedi Mulyadi mendaftarkan saya di Provinsi dan akhirnya untuk pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasik di ketok Budi-Yusuf”ujarnya.
Yusuf juga mengatakan, tidak pernah menyangka dirinya akan menjadi orang nomor satu di Kota Tasikmalaya.
“Waktu saya jadi Walikota tinggal 7 bulan lagi, saya ingin Istiqomah menyelesaikan sisa masa tugas. Pada hakikatnya, jabatan hanya titipan dari yang maha kuasa. Sedangkan sareatnya kepercayaan dari masyarakat.”tandasnya. (malby)