Home / Ragam / Buku Terbaru Ahmad Bahar ‘Gibran The Next President’ Dibedah di Tasikmalaya
IMG_20240612_181139

Buku Terbaru Ahmad Bahar ‘Gibran The Next President’ Dibedah di Tasikmalaya

Kabupaten Tasikmalaya, tasikzone.com –
Budayawan Ahmad Bahar penulis buku Menang ora opo-opo, Kalah yo uwis, kini mengenalkan buku terbarunya berjudul “Gibran The Next Presiden”

Buku ini pun langsung dibedah oleh Cendikia Muslim dan Akademisi di Tasikmalaya. di Caffe VSC Roastery Leuwisari, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, rabu (12/6/2024)

Ahmad Bahar mengatakan, awalnya dia menulis buku tentang Anies Baswedan dengan judul wawancara imaginer. Tapi, pada pertengahan bulan Februari dia melihat fenomena yang berbeda.

Kemudian, muncul ide dalam benaknya untuk menulis buku tentang Gibran. Meski judul buku yang ditulisnya menuai prespektif beragam, namun akunya tak terlalu mempersoalkan hal tersebut.

“Jadi yang namanya Next itu kan gak harus langsung juga, bisa jadi nanti tahun 2045 atau bisa kapanpun juga,” katanya Ahmad Bahar usai acara.

Menurutnya, dalam buku tersebut tertulis pesan untuk Gibran dan politisi pada umumnya. Ketika ditakdirkan menang jangan jadi jumawa dan ketika kalah harus legowo.

BACA JUGA   Diguyur Hujan, Jalan Alun Alun Tasik Banjir 'Cilencang'

“Iya kira-kira begitu, kalau sudah kalah ya sudah jangan sampai jadi rame-rame yang kemudian merepotkan banyak pihak,”tuturnya

Dirinya menilai, sosok Gibran kini sudah bukan lagi anak kecil yang ingusan. Gibran sosok anak muda yang lumayan susah diatur oleh oleh orang tuanya Joko Widodo.

“Jadi Gibran punya visi misi sendiri. Kalau yang selama ini dianggap disutradarai oleh ayahnya ternyata tidak seperti itu kenyataannya,” jelasnya.

Sementara, Ketua FPP Kabupaten Tasikmalaya, KH. Anwar Nashori mengaku salut dan bangga kepada sang penulis, Ahmad Bahar.

Pasalnya, kata dia, penulis bisa memanfaatkan momen sosok Gibran yang fenomenal dengan pro kontra yang beredar luas di mata masyarakat.

“Sebenernya gak ada yang salah, dengan catatan kalau kita bacanya secara dingin. Tapi bisa juga secara politis, bahwa itu sebuah arus besar atau dorongan untuk mengkondisikan seseorang untuk menjadi Presiden,” jelasnya. (***)

About redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *