Home / Opini / Bahaya Memegang Jabatan
BAHAYA MEMEGANG JABATAN

Bahaya Memegang Jabatan

Oleh: Rifyal Luthfi MR

Ketahuilah ambisi mendapatkan jabatan itu sangat bahaya. Menjadi seorang pejabat dan memikul tanggungjawabnya adalah perkara yang amat berat.

Seorang mukmin yang menjaga agamanya dan menginginkan keselamatan dirinya hendaklah menghindari mendapatkan jabatan dan berusaha menjauhinya selama ia menemukan jalannya.

Firman Allah swt. : “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) kamu terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”(QS. al-Israa’:29-30)

Ayat di atas ditafsirkan oleh Ibnu `Abbas, al-Hasan, Qatadah, Ibnu juraij, Ibnu Zaid dan lain-lain, bahwa yang dimaksudkan di sini adalah sifat kikir dan sifat berlebih-lebihan. Dalam ayat ini Allah berfirman sekaligus memerintahkan untuk berlaku sederhana dalam menjalani hidup, yaitu tidak kikir ataupun berlebih-lebihan dalam memberi.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa maksud ayat ini adalah jika kamu kikir, niscaya kamu akan menjadi tercela, yaitu mendapat celaan dan hinaan dari orang-orang, tidak akan dihargai, serta mereka tidak akan memerlukanmu lagi. Bila kamu mengulurkan tanganmu di luar kemampuanmu, maka kamu akan hidup tanpa sesuatu apapun yang dapat kamu nafkahkan, sehingga kamu menjadi seperti hasir, yaitu binatang yang sudah tidak mampu berjalan, yang berhenti, lemah dan tiada daya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh kalian berhasrat menjadi pemimpin. Dan jabatan adalah sebuah penyesalan di hari kiamat. Terasa nikmat manakala menyusui (ketika jadi pejabat) dan terasa buruk bila telah dilepas (lengser)” (HR . Bukhari)

Diriwayatkan pula dari Buraidah RA bahwa Nabi saw. bersabda,: “Hakim itu ada tiga, dua di neraka dan satu di surga: 1) seseorang yang menghukumi secara tak benar padahal ia mengetahui mana yang benar, maka ia di neraka, 2) seorang hakim yang bodoh lalu menghancurkan hak-hak manusia, maka ia di neraka, dan 3) seorang hakim yang menghukumi dengan benar, maka ia masuk surga.” (HR. Tirmidzi No. 1244)

BACA JUGA   Menikmati Kesulitan

Singkatnya, menjauhi jabatan adalah bijaksana. Jika manusia diberi jabatan, hendaklah ia mengetahui mana hak Allah padanya dalam jabatan itu dan mana hak hamba-hamba-Nya. Kemudian ia bersungguh-sungguh dan berusaha dalam memenuhi hal itu dan menegakannya serta mengamalkannya tanpa bersikap ceroboh atau menyia-nyiakan.

Dengan begitu ia selamat dari ancaman yang keras dan beruntung mendapat pahala yang banyak. Diriwayatkan bahwa pemimpin yang adil doanya mustajab. Dan ia termasuk satu di antara tujuh orang yang dinaungi Allah pada hari di mana tidak ada naungan selain naungan-Nya.

Adapun orang-orang yang berbuat zalim, maka berhati-hatilah terhadap siksa dan hukuman dari Allah. Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah Allah Ta’ala menyerahkan suatu urusan rakyat kepada seorang hamba lalu ketika menjelang ajalnya dia masih saja berkhianat kepadanya melainkan Allah pasti akan mengharamkan surga atasnya.”(HR. Muslim No. 204)

Wahai pemimpin yang mendapat petunjuk, hendaklah engkau nasehati rakyatmu dan bersikap lembut kepada mereka dan memperhatikan urusan-urusan mereka dengan baik.

Hendaklah engkau memeriksa keadaan mereka dan jangan lalai terhadap mereka, karena Allah akan menanyaimu tentang apa yang menjadi tanggung jawabmu sebagai seorang pemimpin.

Jagalah dirimu, kemudian jagalah dirimu, kemudian jagalah dirimu dari tindakan zalim dan sewenang-wenang terhadap rakyat, karena hal itu akan menyebabkan kebinasaan dunia dan akhiratmu.

Sebagaimana diharamkan atasmu untuk berbuat zalim terhadap rakyatmu, diharamkan pula atasmu untuk membiarkan sebagian mereka berbuat aniaya kepada sebagian yang lain. Demikian pula diharamkan atasmu menyia-nyiakan urusan-urusan mereka dan menelantarkannya.

Umar Ibnul Khattab ra Berkata :”Seandainya seekor anak kambing mati ditepi sungai eufrat dalam keadaan terlantar, niscaya aku khawatir akan dimintai pertanggungan jawab. Kalau demikian halnya, bagaimana pula mengenai anak-anak yatim dan para janda serta orang-orang miskin dan lemah dari kaum muslimin….?

saya, anda dan kita adalah seorang pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kita, semoga Allah swt. memberikan petunjuk dan kesabaran agar kita bisa menjalankan amanah kita dengan sikap katawadhuan dan keikhlasan.

Hasbunallah Wani`mal Wakil

About admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *