Oleh : Rifyal Luthfi MR
Tasawuf diera modern ini, ditempatkan sebagai cara pandang yang logis rasional sesuai dengan nalar-sosiologis dan tulisan ini adalah bagian dari tulisan saya terkait akhlak tasawuf pada buku Moderasi Islam di era distrupsi yang di breakdown menjadi sebuah catatan sederhana.
Tasawuf bukan barang mati, sebab tasawuf itu merupakan produk sejarah yang seharusnya dikondisikan sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman. Penghayatan tasawuf bukan untuk diri sendiri, seperti yang kita temui dimasa silam. Tasawuf diera modern adalah alternatif yang mempertemukan jurang kesenjangan antara diemensi ilahiyah dengan dimensi duniawi. Banyak orang yang secara normatif (kesalehan individu) telah menjalankan dengan sempurna, tetapi secara empiris (kesalehan sosial) kadang-kadang belum tampak ada.
Diera modern secara empiris masih banyak orang yang sangat lemah karena terlalu mementingkan dirinya sendiri yang dengan jelas tidak dibenarkan oleh ajaran tasawuf dengan dalil “Amaluna amalukum”, amalmu untukmu amalku untukku”, secara selintas konteks dari dalil tersebut memang benar, namun sebenarnya kurang tepat berdalil seperti itu yang tempatnya bukan di dunia namun di akhirat, jika saja dalil itu dipakai oleh semua orang di dunia yang terjadi semua orang akan bersikap apatis dan mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Padahal Alquran mengajarkan untuk tidak bersikap apatis bahkan pintu surga tertutup bagi orang-orang yang apatis (dayus). Dan Rasul bersabda pula bahwa “Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, maka apabila tidak bisa maka ubahlah dengan lisannya, maka apabila tidak bisa maka dengan hatinya yang demikian selemah lemahnya iman.”(HR. Muslim)
Sikap hidup yang mengutamakan materi yang condong pada hubbudunya (materialistik), memperturutkan hawa nafsu keduniaan, kelezatan syahwat (hedonistik), merebaknya keinginan untuk kekuasaan hanya percaya pada rumus pengetahuan empiris, serta faham hidup (positivistis) yang bertumpu pada pengetahuan akal fikiran, semua itu tampak lebih menguasai manusia, sehingga manusia terpedaya dengan ilmu pengetahuan akibatnya terciptalah manusia yang malas, lalai dalam ibadat, lupa akan Tuhan dan menjadi budak ilmu pengetahuan yang seharusnya manusia yang menjadi motor penggerak serta pengatur ilmu pengetahuan dan teknologi kini malah sebaliknya, bahkan menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya.
Sangat mengkhawatirkan jika ilmu pengetahuan dipegang oleh manusia yang memiliki sifat (akhlak) seperti yang demikian, mereka akan menjadi penyebab kerusakan di daratan serta di lautan karena mereka mempunyai prinsip azas manfaat tanpa memperhitungkan kerusakan dan kekecauan sesudahnya.
Beberapa efek dari kesemrawutan terhadap tidak memahami dan menginternalisasikan ajaran tasawuf pada era modern di antaranya adalah:
Desintegrasi ilmu pengetahuan.
Kepribadian yang terpecah.
Melupakan Tuhan.
Kehausan hati dan terbelenggu pada kesesatan, jika manusia sudah tersentuh oleh nikmatnya dunia secara berlebihan (hubbuddunya) dan tidak mengisi hatinya dengan dzikrullah, ibadah dan thalab ilmu sedang ia terus melakukan dosa, dengan tidak sadar mereka telah membiarkan hati mereka kelaparan. Jika terus demikian hatinya akan sakit kemudian mati dan terbelenggu pada kesesatan.
Kegelisahan hati, akibat dari kesibukan dalam mencari kehidupan yang menjunjung tinggi materi serta bergelamor harta, jabatan dan kekuasaan.
Dari beberapa permasalahan di atas alangkah bijaknya sebagai sebuah solusi bagi kita sebagai insan cita yang selalu berinovasi dalam segala bidang bahwa ajaran tasawuf sampai detik ini sangat berperan penting bagi perjalanan kehidupan di mana tasawuf merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sebagai sebuah pergerakan, keyakinan agama, organisasi, jaringan bahkan penyembuh atau terapi.
Ajaran tasawuf bagi manusia sekarang ini, sebaiknya lebih ditekankan kepada akhlak, yaitu ajaran-ajaran moral yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan yang optimal.
Ajaran tasawuf juga sangat menitikberatkan totalitas, sehingga ajaran tasawuf adalah pemahaman tentang totalitas kosmis, bumi, langit dan seluruh isi dan potensinya baik yang kasat mata maupun tidak, baik rohaniah maupun jasmaniah, pada dasarnya adalah bagian dari sebuah sistem kosmis tunggal yang saling berkaitan, berpengaruh dan berhubungan. Sehingga manusia mempunyai keyakinan bahwa penyakit ataupun gangguan apapun yang menjangkiti tubuh kita harus dilihat sebagai murni gejala badaniah atau kejiwaan.
Dalam moderasi islam melalui perkembangan ajaran tasawuf menjadi salah satu prioritas dalam mengembangkan potensi diri dalam kehidupan di dunia ini. Pelaksanaan pendidikan, kesehatan, sosial, hukum dan bahkan politik harus secara implementatif diintegrasikan dengan nilai-nilai ajaran tasawuf modern, sehingga perilaku dalam semua aspek kehidupan akan menjadi nilai ibadah dimata Allah swt.
Jika mengambil slogan dari pendiri Pondok Pesantren Darussalam Ciamis KH. Irfan Hielmy rahimahullah yakni, “Tampil terdepan di barisan muslim moderat, mukmin demokrat dan muhsin diplomat.” Slogan tersebut sangatlah relevan dengan perkembangan tasawuf diera modern dan Itulah prinsip tasawuf kekinian atau dizaman distruptif saat ini yang mesti dijadikan sebagai sebuah pegangan. Menjadi pejabat publik, pendidik, wartawan, pelayan masyarakat, hakim, jaksa, TNI, Polri bahkan menjadi kiai, ustadz dan profesi yang lainnya, mesti memiliki integritas dalam hidupnya berupa ajaran tasawuf yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga cita-cita negara dalam rangka baldatun thoyyibatun warabun ghofur akan tercapai dengan hasil yang baik dan dalam naungan ridho Allah swt.
Hasbunallah wani`mal wakil