Kabupaten Tasikmalaya, tasikzone.com-Jiwa muda tidaklah terbilang dari usia, melainkan semangat untuk senantiasa berbuat yang memberikan banyak faedah bagi umat. Banyak cara untuk menjaga semangat jiwa muda agar tetap hidup dalam diri kita, termasuk selalu mencari dan menghidupkan gagasan-gagasan brilian yang berdampak langsung bagi masyarakat. Setiap gagasan harus berorientasi ke masa depan, memiliki impian yang besar, dan siap pula menanggung setiap risiko, namun langkahnya akan lebih arif dimulai dari halaman sendiri.
Semangat itu telah menjadi karakter yang melekat pada seorang anak muda progresif berlatar belakang santri bernama Ust. Ahmad Tazakka Bonanza, S.Pd., M.M., yang akrab disapa ‘AKA’. Keseriusan AKA dalam berbagai organisasi perekonomian, dibuktikan langsung dengan keterlibatannya dalam beberapa forum nasional bahkan dunia yang membahasa seputar ekonomi, bisnis, koperasi, dll. Bak gayung bersambut, pengalaman yang luar biasa itu sejalan dengan kiprah yang sudah dilakoninya bertahun-tahun dalam mengampanyekan pembangunan sumber daya manusia dan gerakan ekonomi pesantren dan masyarakat.
Siapa sangka mutiara ini terlahir dari rahim pesantren. Sebuah citra yang mampu memberikan banyak inspirasi bagi kalangan muda di Kabupaten Tasikmalaya khususnya.
Kabupaten Tasikmalaya dan pesantren bagai dua sisi mata uang, saling mengikat satu sama lain. Sudah jadi kewajaran dan kepastian jika para santri menjadi bagian terpenting dalam estafet pembangunan Tasikmalaya. Namun sudah menjadi hukum alam juga, untuk lebih mengembangkan inovasi dari setiap gagasan itu perlu sistem yang bekerja, agar impian besar itu dapat dirasakan langsung cum masyarakat Tasikmalaya seutuhnya.
Berharap ridho Yang Maha Kuasa, dan restu dari seluruh masyarakat Kab. Tasimalaya khususnya, AKA sebagai perwujudan arus milenialis berkehendak mendarmabaktikan seluruh pengalamannya untuk membangun Kab. Tasikmalaya menjadi lebih baik, membangun kemandirian ekonomi masyarakatnya yang amanah dan istiqomah. Impian besar ini bukan hal mustahil untuk bisa terwujud. Hari depan kita sedang menyongsong bonus demografi, di mana kaum muda memiliki potensi besar untuk memegang banyak peranan dalam pembangunan bangsa dan negara, dan AKA menjadi nama penting dari sekian generasi muda lainnya di Kab. Tasikmalaya yang berani tampil ke muka untuk menjawab tantangan demografis itu.
Sebagai kota agraris, di tengah kepesatan modernitas Kab. Tasikmalaya harus tetap sebagai kota yang berkultur agamis. Kenyataan ini sangat rasional, karena di hampir sudut kampung Kab. Tasikmalaya tumbuh pesantren dengan santrinya yang sejak awal menjadi genetika ke-Tasikmalaya-an. Namun kebanggaan ini bukan tidak mungkin akan bergeser orientasi jika pesantren tidak melahirkan para santri untuk siap dan tampil sebagai pemimpin yang soleh dan jujur.
Kita tidak bisa lagi apatis dan menutup mata, bahwa ada banyak yang bernafsu berburu kekuasaan dengan cara mendekati pesantren sebagai suntikan energi. Pesantren selalu dijadikan persinggahan komoditas suara, sehabis itu dilupakan ibarat tidak pernah memberi jasa sedikitpun. Begitulah realitas yang sering terjadi belakangan ini. Lalu Di manakah letak kesalahannya? Selama pesantren tidak mampu melahirkan santri yang berani ambil risiko sebagai pemimpin, kefatalan ini akan terus berlangsung.
Dengan semangat itulah AKA akan jadi alternatif jawaban bagi pesantren pada umumnya, bagi kamu milenialis, serta harapan baik seluruh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya. Nyantri saja tidaklah cukup, tetapi ia juga harus Nyakola dan Nyantika, seperti AKA.(ibye/rls)