Home / Opini / Tertawa Yang Ditangisi
Tertawa Yang Ditangisi

Tertawa Yang Ditangisi

Penulis oleh : Rifyal Luthfi MR

Bismillah….Saudaraku, Ingat Firman Allah swt. “Maka Apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? dan kamu menertawakan dan tidak menangis? sedang kamu melengahkan (nya)? Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)”.(An-Najm : 59-62)

Ahli Tafsir mengatakan bahwa setelah turun ayat tersebut, Nabi saw.Tidak pernah tertawa, melainkan hanya tersenyum. Ayat tersebut di atas memberikan peringatan kepada kaum musyrikin : “Apakah kamu
merasa heran hai kaum musyrikin terhadap berita Al-qur`an ini ? ketika mendengar bacaan Al-qur`an, ada sebagian yang menyanyi-nyanyi, ada yang mengganggu dengan bermain-main.”

Dari Anas ra. Ia berkata, pada suatu hari Rasulullah saw. berkhutbah, belum pernah saya mendengar khutbah seperti itu, lalu beliau bersabda : “Andaikata kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui, niscaya sedikit engkau tertawa dan banyak menangis. Anas berkata: “seketika itu para sahabat menutup muka masing-masing sambil menangis terisak-isak.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Ibnu Umar ra. meriwayatkan: ”pada suatu hari ketika Nabi Muhammad saw. keluar dari mesjid, pada saat itu beliau melihat sekelompok manusia sedang bercakap-cakap dan tertawa. Beliau berhenti dan memberi salam kepada mereka. Lalu beliau bersabda: “Ingat ! Demi Tuhan yang jiwaku ada ditangan-Nya, seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui tentu kamu
akan tertawa sedikit dan pasti akan banyak menangis.”

Tapi ingat, jangan menangis untuk kehidupan dunia, karena dunia terlalu hina untuk ditangisi.Dalam sebuah hadits Shahih disebutkan: “Seandainya dunia ini sebanding nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah, niscaya Dia tidak akan memberi minum orang kafir barang
seteguk air pun darinya.”

Sesungguhnya nilai selembar sayap nyamuk lebih mahal daripada dunia menurut penilaian Allah. Jika demikian hakikat nilai dan bobot dunia sebenarnya, mengapa kita mesti bersedih, menangisinya dan cemas karena menyayanginya? Artinya bukan kehidupan dunia yang kita tangisi, tapi menangislah untuk menyesali kesalahan diri, bertobat dan segera mamperbaikinya.

Kebahagiaan yang sesungguhnya ialah bila merasa aman atas keselamatan diri kita, masa depan kita, keluarga kita, dan penghidupan kita, yang semuanya terhimpun dalam keimanan kita
dan ridha kita kepada Allah, Kepada Qadha` dan qadar-Nya.

Dalam kisah Nabi Musa as. disebutkan: ketika Nabi Khaidir menginginkan perpisahan dengan Nabi Musa as., Musa as. berkata kepada Nabi Khidir : “Berilah Nasihat Kepadaku”. Lalu Nabi Khaidir memberinya nasihat: “Hati-hatilah terhadap sikap sombong dalam berbantah.

BACA JUGA   Menjadi Santri Yang Nyantri !

Jangan engkau berjalan tanpa tujuan dan tanpa kebutuhan. Jangan pula tertawa tanpa ada yang mena`jubkan. Jangan mencela orang-orang bersalah dengan kesalahan mereka. Menangislah lebih baik terhadap kesalahan dirimu sendiri”. Untuk mengobati hati yang keras karena terlalu banyak tertawa atau menertawakan orang, maka perbanyak dzikir dan membaca Al-quran dan menangislah, jika tidak dapat menangis, berusahalah untuk dapat menangis. Ingatlah Firman Allah swt.:” Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan banyak menangis, sebagai imbalan dari sesuatu yang selalu mereka kerjakan”. (QS. At-Taubah:82)

Ibnu Abbas ra. berkata : “Barang siapa yang melakukan perbuatan dosa dia tertawa, maka dia akan masuk neraka dalam keadaan dia menangis”. ( HR. Abu Na`im dari Ibnu Abbas ra.)

Saudaraku, boleh jadi di antara kita yang beranggapan bahwa seseorang yang bekerja sesuai profesinya, apakah sebagai pegawai di kantor, karyawan perusahaan, guru, dosen, petani, nelayan, buruh dan lain sebagainya, adalah urusan dunia semata, bukanlah suatu kebaikan yang akan memperoleh balasan pahala dari Allah, dan tidak berkaitan dengan kepentingan akhirat.

Ternyata tidak demikian menurut tuntunan Islam. Bahwa bekerja sesuai dengan profesinya adalah kebaikan yang berpahala jika pekerjaan itu membawa manfaat dan maslahat bagi kehidupan serta dengan niat ibadah. Namun juga tatkala dalam pekerjaan kita selalu dibuat kegembiraan atau hiburan yang dilengkapi dengan canda dan tawa yang berlebihan, maka itu pun sebagai bentuk kerasnya hati kita, ingatlah apa yang disampaikan Al-Hasan bahwa :

“Mengherankan sekali, orang bisa tertawa sedangkan dibelakangnya terdapat neraka. Dan orang bisa bergembira, sedangkan dibelakangnya terdapat kematian”.

Perhatikan pula sabda Rasulullah saw.: ”Ada tiga mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka, yaitu : mata yang cedera karena perjuangan menegakkan agama Allah, mata yang berjaga (baik siang maupun malam) untuk menegakkan agama Allah, dan mata yang menangis karena takut kapada Allah”. ( HR. Al-Hakim, dari Abu Hurairah ra.)

Hasbunallah Wani`mal Wakil

About admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *