Penulis : Rifyal Luthfi MR
Bismillah….Saudaraku, waktu berjalan dengan sangat cepat. Detik saat anda mulai membaca kalimat ini sudah berbeda dengan detik ketika anda sampai dititik akhir kalimat. Waktu bagaikan angin, baik disaat sedih maupun gembira. Hari suka cita bisa terasa belalu cepat, sementara saat duka bergerak begitu lambat. Namun yang demikian itu tak lebih dari perasaan cepat, dan tahu-tahu kita
sudah ada di saat ini…..detik ini (This Second)
Banyak yang merasakan bahwa baru kemarin kita menikmati masa remaja atau masa kecil, namun sekarang ternyata sudah menjadi dewasa atau bahkan sudah memasuki usia paruh baya. Atau yang sekarang kuliah, merasakan bahwa masa-masa SMA yang tiga tahun lamanya itu seakan cuma sepintas saja. Yang mengerikan adalah tiba-tiba kita sudah masuk usia senja, sementara apa yang kita
lakukan selama masa produktif kita begitu sedikit, begitu tanpa arti, begitu tak berguna. Ya, waktu memang ibarat anak panah yang melasat secepat kilat. Tentang waktu yang berlalu bagai sekejap ini, Allah berfirman: “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka seakan-akan tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu sore atau pagi” (Qs. An-Nazi`at:46).
Jangankan dibandingkan dengan saat kita menjalani hari kebangkitan kembali. Selama berada di dunia saja, kita acap kali merasa bahwa rentang panjang hidup yang kita lalui tak lebih dari permainan sekejap mata. Firman Allah swt.:” Dan (ingatlah) akan hari (yang diwaktu itu) Allah mengumpulkan mereka (mereka merasa dihari itu) seakan-akan mereka tidak pernah tinggal (di dunia) melainkan sesaat saja disiang hari (yang diwaktu itu) mereka saling berkenalan.” (Qs. Yunus:45).
Inilah salah satu misteri waktu. Pada waktu-waktu tertentu kita merasakannya seolah berjalan lambat. Kali yang lain terasa cepat. Namun ketika kita sudah berada disebuah titik akhir, diusia tua
misalnya, kadang muncul ucapan, “ kok tiba-tiba aku sudah setua ini ya…tak terasa” atau “ rasanya
baru kemarin anak pertamaku lahir….dan sebagainya. Benar sesungguhnyalah waktu memang berlalu cepat. Sebagimana yang ditulis oleh Dr. Yusuf Qardhawi : “Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Sepertinya ia begitu cepat terbang. Hari-hari pun datang dengan kesusahan. Seolah-olah ia begitu lambat tuk menghilang. Akhirnya masa-masa pun akan berkesesudahan. Seakan-akan mimpi diwaktu siang.”
Amir Muhammad al-Madri pengarang Tsalatsuna Amalan Yuthil al`umur memaparkan masalah waktu sebagai berikut: “ Jika seseorang berumur 60 tahun, maka 20 tahun akan digunakan
hanya untuk tidur, dengan asumsi rata-rata tidurnya 8 jam sehari. Dipotong masa menjelang baligh biasanya 15 tahun dan waktu yang digunakan untuk makan, minum, dan aktivitas lainnya selama 5 tahun. Maka secara efektif, minus usia baligh, waktu tidur, makan minum dan lain-lain, umurnya yang tersisa untuk beramal sebenarnya selama 20 tahun saja. Jadi, dari 24 jam yan tersedia hanya sekitar 30 persen saja waktu efektif kita untuk beramal.
“bahkan jika seluruh usia 60 tahun itu digunakannya untuk beramal sekalipun, maka itu sebenarnya hanya baru tiga menit untuk ukuran akhirat, karena suatu hari di akhirat sama dengan
1000 tahun di dunia.
Seseorang berumur 60 tahun. Jika setiap hari rata-rata satu jam waktunya hilang tanpa amal, maka telah sia-sia umurnya selama 3 tahun. Kalau 2 jam maka hilang 6 tahun.Mengerikan sekali kita yang menyia-nyiakan waktu kita meski Cuma semenit pun.Apa yang digambarkan oleh Amir Muhammad Al-Madri tersebut berdasar asumsi bahwa seseorang mencapai usia hingga 60 tahun. Padahal, tak ada yang tahu umur kita. Umur memiliki batas yang sudah ditetapkan oleh Allah swt. dan batas tersebut bernama ajal atau kematian. Sementara, setiap manusia pasti menemui ajal ketetapan Allah, tanpa ada pengunduran waktu sedikitpun. Firman Allah swt. : “ Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi ummurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lauh mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah (Qs. Fathir:11).
Hasbunallah wani`mal wakil