Karya: Teguh Shiddiq
Drama pelik di taman kecil yang ditumbuhi pepohonan perdu yang liar Mengusik ilalang tua yang di sapa bayu dari rimba yang tak bertuanTersebutlah kisah,
Manusia berkumis yang menunggu manusia berambut kepang dua yang ranum Di perbatasan senja, dalam nuansa kabut yang meminta hujan tiba, nelangsa jiwa
Usik mengusik dua hati dalam temaram alam raya, nyanyian malam
Pada setiap detik yang mengiba pada napas tahun yang beracun
Jika bukan karena tuan yang meminta, barangkali mereka tak perlu berteduh di lantai kosong Menginjak duri tajam yang terbuat dari pengagalan-penggalan kisah yang terbuang
Melafalkan ayat-ayat cinta dari lidah yang tersumpal kepalsuan
Untuk apa menyambut cinta, Bila mata tak lagi dua,
Sadarilah,
Bunga-bunga yang jatuh dari dahan yang lapuk, takkan pernah menyalahkan angin, semilirnya akan menjadi sebuah pengakuan hakiki yang hanya bisa diremukkan oleh setiap tetesan air mata Siti Hawa
Berjanjilah untuk tetap berteduh pada satu dahan dari ribuan pokok kayu yang telah rubuh menjadi jamur yang harumnya menjelma menjadi kelopak melati Seharusnya puisi ini disembunyikan saja di setiap kelopak melati yang merekah,
di bawah tetesan hujan, nektar yang segar mencari peraduan abadi,
Izinkanlah aromanya menjadi cahaya yang berjatuhan di punggung kunang-kunang yang terang dalam setitik gulita
Bila kisah ini menjadi tragedi Jangan salahkan melati, bila kelopaknya tak lagi wangi
Biodata diri
Assalammalamualaikum wr..wb.. perkenalkan nama saya Teguh Shiddiq. Lahir di Aceh Selatan, 10 Agustus 1995. Alamat di Aceh Selatan. Email: Teguhshiddiq95@gmail.com, FB : Teguh Hikz. No HP/WA : 0822 7222 6517.